Lebih lanjut, dr. Adnan menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini agar penanganan kecacingan dapat dilakukan secara menyeluruh dan efektif.
“Kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan ini, diharapkan penemuan kasus disertai pengobatan sesuai SOP dapat dilakukan, sehingga dampak kecacingan baik pada ibu hamil maupun anak bisa dicegah. Harapan kita, ibu hamil di Luwu Timur bebas anemia dan mampu melahirkan bayi yang sehat tanpa risiko BBLR, serta anak-anak kita terhindar dari anemia agar bisa tumbuh dengan cerdas dan berprestasi,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan survei tersebut, pot sampel dibagikan sehari sebelumnya, pada 28 April 2025, kepada sasaran yang terdiri dari ibu hamil dengan anemia/KEK dan anak-anak risiko tinggi (risti). Dari 390 pot yang didistribusikan, sebanyak 88 sampel berhasil dikumpulkan dan diuji dalam kegiatan ini.
Seluruh sampel dianalisis untuk mendeteksi keberadaan parasit usus penyebab kecacingan. Hasil survei ini akan menjadi bahan evaluasi dan dasar penyusunan kebijakan intervensi kesehatan masyarakat di Kabupaten Luwu Timur.(mil/ikp-humas/kominfo-sp)